Selamat menikmati hidup semuanya
. . . . .
Artikel kali ini sangat erat
hubungannya dengan kopi, yaitu susu . . . . :mrgreen: susu apa yang akan kita bahas? Yang akan
kita bahas adalah ASI, ijinkan saya sedikit berbagi melalui artikel ini rekan
semuanya . . .
Silahkan.
Keberhasilan memberi ASI bagi
bayi sangat didukung oleh berbagai faktor, antara lain faktor internal dari
diri sang ibu. Tak dipungkiri banyak dari wanita enggan untuk menyusui bayinya
karena adanya ketakutan akan mempengaruhi penampilannya. Ada pula faktor dari
luar, biasanya ibu-ibu yang bekerja di luar rumah akan sedikit kesulitan untuk
menyiapkan ASIP. Dorongan untuk memakai sufor dari pihak keluarga kadang juga
menjadikan si ibu akhirnya menjadikan sufor sebagai solusi.
Kenapa saya menulis ini?
Ya karena saya dan istri telah mengalami
betapa sulitnya hanya memberikan ASI eksklusif untuk bayi kami. Dari mulai ASI
yang diperah hanya keluar sedikit, saran dari keluarga untuk memberikan sufor
sebagai tambahan, masih sering tidak konsisten dalam menyediakan ASIP, hingga
kadang sulitnya istri untuk makan sayur-sayuran.
Sebagai seorang ayah, saya
menyadari bahwa saya juga berperan dalam keberhasilan istri saya memberikan
ASI. Dan karena saya tidak mungkin berperan dalam memberikan bayi saya ASI seperti
halnya astri saya,wkwkwk . . . maka hal pertama yang saya berikan pada istri
saya adalah sebuah dukungan. Sejak awal kehamilan saya selalu mendukung dan
menegaskan kepada istri untuk pemberian ASIX selama dua tahun. Hingga menjelang
kelahiranpun saya tetap mendukung penuh untuk pemberian ASIX, meskipun sempat
ada kekhawatiran dari istri kalau saja ASI nya tidak lancar atau bahkan tidak
keluar. Keyakinan tercipta dari dukungan yang intens, tujuh jam setelah kelahiran
bayi kami secara caesar istri saya melakuan IMD dan selang beberapa jam ASI
pertamanya keluar. Dukungan memberikan keyakinan, keyakinan menciptakan
harapan, harapan kita diijabah setelah kepasrahan dalam doa.
ASI memang keluar, akan tetapi
untuk menyediakan ASIP untuk kebutuhan sehari-hari si Bayi bukanlah perkara
mudah. Butuh kerja keras karena setiap dipompa ASI yang keluar hanya sedikit,
anjuran untuk memberikan sufor tentu saja semakin gencar. Lagi-lagi dukungan
adalah kuncinya, kali ini bukan hanya sebatas dukungan yang berupa motivasi
tapi juga dukungan berupa aksi. Menyiapkan dalam keadaan bersih alat untuk
memompa Asi adalah hal biasa yang saya lakukan, menyiapkan alat untuk menyimpan
ASIP dan menyimpannya dalam frezzer juga adalah hal yang rutin saya lakuakan.
Hal kecil memang, tapi sedikit banyak mungkin membantu istri saya untuk
memberikan ASIX pada bayi kami.
Selama beberapa minggu ini istri
saya memompa ASI tak jarang hanya mendapat 30 ml sekali menyedot dalam waktu
hampir 45 menit. Hal tersebut semakin menguatkan anjuran untuk menambah dengan
sufor oleh pihak keluarga. Saya tetap bersikukuh untuk tak menambahkan apapun
selain memberi ASI dan istripun paham akan hal itu. Saya yakin semakin sering
ASI dipompa, maka akan semakin banyak pula ASI yang dihasilkan dan sufor akan
menghalangi istri saya untuk memompa ASI.
Perlu pula diingat bahwa ASIP tak
mampu bertahan lama dalam dalam udara terbuka, ASI hanya mampu bertahan sekitar
tiga jam di udara terbuka CMIIW ya . . . maka itu kita harus teliti ketika akan
memberikan ASIP pada bayi kita. Keterbatasan waktu itu pula yang harus kita
ingat dan terus mendukung pada istri agar memompa lebih sering. Dengan lebih
sering memomp[a maka persediaan ASIP akan semakin banyak sehingga bayi kita tak
perlu diberi sufor.
Mari kita sebagai seorang ayah
mendukung istri kita untuk memberi ASIX pada bayi kita sampai usia dua tahun,
salam . . . . . “kami bukan ahli, hanya ingin berbagi . . . “
Mampir Ngopi, Adhy Giri . . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar